Jumat, 03 Februari 2012

Cerita Live In

ini adalah pengalaman pribadi saya ketika saya "Live In" di kali bekasi bersama teman saya novi dan vivi. sebuah cerita yang ingin saya ceritakan dan publikasikan kepada pembaca semua. namun sebelum itu saya akan menceritakan terlebih dahulu apa itu wadah dan kenapa saya bisa live in. Wadah titian harapan adalah sebuah yayasan di Jakarta yang didirikan oleh perempuan untuk perempuan dan keluarganya. Yayasan ini didirikan  untuk membawa harapan dengan membantu kaum perempuan menolong diri mereka sendiri dalam upaya  membentuk masa depan yang lebih baik bagi keluarga mereka. Yayasan Wadah didirikan pada  tahun 2007  sebagai perluasan dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD)  d/h Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo (YKHD),  yaitu sebuah yayasan sosial dari keluarga Hashim Djojohadikusumo. Wadah didirikan dengan tujuan  khusus  untuk memenuhi kebutuhan kaum perempuan dalam keikutsertaan mereka di  berbagai kegiatan sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan budaya. (http://www.wadahfoundation.or.id/?page_id=1658&lang=id). saya mengetahui wadah setelah wadah bekerjasama dengan fakultas psikologi universitas pancasila. salah satu bentuk kerjasamanya adalah dengan membuat seminar tentang sukarelawanan dengan tema "Giving My Best" pada sabtu 11 Juni 2011. kemudian di akhir seminar di infomasikan terdapat formulir calon sukarelawan bagi siapa saja yang berminat yang kemudian di seleksi.
kenapa saya tertarik untuk menjadi sukarelawan ? itu karena pengalaman saya terhadap 2 orang pria yang mengajarkan saya arti hidup yaitu seorang pengamen dan mantan pacar saya sendiri. kenapa bisa pengamen ? ketika saya mengalami sebuah musibah yaitu kecelakaan di palembang tahun 2008 lalu. yang menolong saya pertama kali adalah pengamen tersebut. waktu itu saya ditabrak dari belakang oleh bus umum bentuknya seperti kopaja ketika saya di bonceng oleh mama saya yang pada saat itu berencana untuk terapi ke daerah sekojo. namun karena sang sopir tidak sabaran dan sudah mengegas berkali - kali untuk mengejar penumpang sebagai pemasukkan mereka dan pas sekali lampu kuning akan berubah menjadi lampu hijau dalam 15 detik lagi sayangnya kejadian tersebut tidak bisa saya dan mama saya hindarkan karena motor kami tepat berada di depan bus tersebut. saya jatuh dan hampir saja saya dilindas oleh bus tersebut sedangkan mama saya kondisinya untungnya baik - baik saja. namun setelah teriakkan orang disekitar kejadian, akhirnya si pangamen tersebut langsung membawa saya ke pinggir jalan untuk diamankan sembari menunggu ambulance sedangkan mama saya mengejar sang sopir dan keneknya untuk bertanggung jawab atas kejadian ini. dulu saya memandang jelek (mempunyai persepsi jelek) tentang anak jalanan seperti pengamen yang kehidupannya malas, ugal - ugalan, kasar, tidak punya rasa tolong menolong, dll. yang pada akhirnya membuat saya untuk menarik semua ucapan dan persepsi yang jelek tentang mereka. bahwa tidak semua pengamen atau anak jalanan mempunyai sikap seperti itu. mereka justru mengajarkan saya bahwa jangan menganggap orang lain itu rendah dari status pekerjaan mereka. belum tentu orang yang mengamen itu orang yang malas mencari kerjaan tetapi orang yang mengamen itu justru untuk menyalurkan hobinya dan untuk membantu kehidupan mereka seperti biaya untuk keluarga, biaya kehidupan sehari - hari termasuk biaya sekolah mereka sendiri. dan satu lagi pengamen tersebut menolong saya dengan tulus dan ikhlas kepada saya. saya berani bilang seperti ini karena sampai saya sembuh tidak ada sepeser pun uang yang ia minta kepada mama saya setelah menolong saya. dan sayangnya saya tidak sempat mengucapkan terima kasih kepadanya karena saya langsung pingsan waktu itu. 2 minggu pasca perawatan kecelakaan tersebut saya berusaha mencari pengamen tersebut untuk mengucapkan terima kasih sayangnya saya tidak menemukannya. kebaikannya yang telah menolong saya akan selalu saya ingat dan kenang serta terima kasih sudah memberikan arti hidup kepada saya :)
ceritanya tidak berhenti sampai disini, yang kedua berasal dari mantan pacar saya sendiri sebut saja namanya putra. dia adalah orang yang mengajarkan saya tentang arti "seni, teman, dan rendah hati". ceritanya berawal dari pura penataran agung sriwijaya. dimana tiap tahunnya selalu diadakan upacara besar di pura tersebut sebagai rangkaian dari upacara nyepi. yang selalu dihiasi oleh seni khususnya seni tari. saya sempat marah kepada mama saya, beliau sebagai salah satu guru tari di pura tersebut. kenapa jadwal pentas kelompok saya diganti dengan penari dari bali ? sebagai pembuka di pura tersebut ? . mama saya sendiri tidak tahu alasannya kenapa dan saya ngambek selama 1 minggu karena kesal sudah capek - capek latihan menari untuk pentas kok tiba - tiba diganti. akhirnya setelah dibujuk sama mama saya untuk berkenalan dengan para penari dari bali perlahan - lahan sikap saya mulai melunak mulai bisa menerima kehadiran mereka. dan ketika saya melihat pentas mereka saya sungguh takjub dan baru pertama kali melihat pentas tari yang luar biasa dengan gerakan - gerakan yang cukup begitu susah dan perlu keseimbangan serta konsentrasi yang tinggi. pertemanan pun terjalin dengan cukup baik antara saya, teman - teman saya dengan mereka. kami berkumpul bersama seusai latihan tari dan menghabiskan waktu sambil bercengkrama di wantilan pura dan memainkan musik. 2 minggu setelah acara tersebut kami tetap menjalin komunikasi yang kemudian benih - benih cinta mulai berkembang antara saya dengan salah satu penari dari bali tersebut. seperti orang PDKT pada umumnya tentunya ada tahap pengalanan terlebih dahulu. putra adalah anak pertama, ia hanya mempunyai seorang ibu, ia tinggal di sebuah yayasan anak di bali, dia seorang seniman dan di sela - sela kesibukkannya sebagai seorang seniman dan murid ia juga bekerja. 1 tahun lebih menjalin hubungan jarak jauh, bahasa yang lebih kerennya LDR saya mendapat banyak sekali pelajaran darinya.
jangan pernah bosan untuk terus belajar tari atau seni yang lainnya karena seni juga terus berkembang seperti halnya teknologi. belajarlah untuk mendengar dan mengetahui sesuatu hal terlebih dahulu bukan langsung menjudgment atau berprasangka buruk. hargailah orang baru disekitarmu janganlah engkau pandang jelek mereka hanya karena mereka tidak berada di status yang sama sepertimu. belajarlah untuk rendah hati bukan tinggi hati karena kau lebih punya pengalaman yang lebih banyak darinya. cobalah belajar untuk menerima situasi yang baru, situasi yang belum pernah kamu tahu maupun coba dan hargai situasi yang ada tanpa pernah kamu menghakiminya *situasi yang positif*.  cobalah belajar untuk mendengarkan nasehat dari orang lain jangan hanya karena ego atau gengsi jadi kau mengindahkannya padahal itu baik untuk kebaikanmu sendiri.
balik ke cerita sebelumnya tentang live in ini. ketika ada formulir sebagai sukarelawan (volunteer) dari wadah saya langsung mengambilnya tanpa pikir panjang dan mengisi formulir tersebut. beberapa bulan kemudian ada pertemuan volunteer gelombang 1 yang menjelaskan tentang wadah secara umum dan akan ada live in di beberapa komunitas yang ada. live in sendiri dilaksanakan pada tanggal 20 - 22 Juli 2011 dan kebetulan saya live in di komunitas kali bekasi dan ditemani koordinator yaitu bang adi. terlebih dahulu kami briefing di kantor wadah yang berada di Mid Plaza 2 lantai 2 disana kami bertemu dengan wadah (pemilik, pegawai, dan para koordinator tiap komunitas) dan beberapa anak - anak dari perwakilan tiap - tiap komunitas. tepat jam 21.35 kami (saya, novi dan vivi) sampai di kali bekasi dan beristirahat terlebih dahulu di sebuah musholla karena perjalanan yang ditempuh cukup jauh serta barang bawaan yang cukup banyak :D. usai istirahat kami kemudian diantar ketempat lokasi peristirahatan masing - masing. jadi kami tidak ngumpul bersama melainkan tinggal terpisah bersama dengan keluarga baru keluarga yang menjadi tempat kami bernaung dan berteduh selama kami live in dikali bekasi. saya sendiri tinggal dengan ibu mumun, novi tinggal dengan pak brewok dan vivi  tinggal dengan ibu slamet. saya melihat sekitar kali bekasi seperti apa suasananya dan bagaimana kehidupan mereka. mereka tinggal di tempat perkumuhan dimana disekitar rumah mereka terdapat sampah - sampah sebagai tempat pembuang sampah dan sungai di balik teras belakang rumah mereka yang cukup kotor. saya tidak kaget dengan situasi yang seperti ini karena sesuai dengan pesan putra belajarlah untuk mencoba menerima suatu keadaan yang baru. ada cerita yang bercampur rasa selama saya live in. di hari pertama kedatangan saya, saya sudah harus merasakan kamar mandi tanpa pintu dan atap yang lokasinya di luar rumah bu mumum karena itu kamar mandi umum. dan kalau mau mengambil air untuk keperluan mandi dan cuci harus menimba air terlebih dahulu  wow saya sangat kaget dengan situasi itu namun begitulah situasi yang harus saya hadapi pada malam itu. ada juga wc umum yang cukup bagus dengan membayar uang 1000 sampai 2000 rupiah untuk mandi maupun nyuci di lokasi yang tertutup. tapi dengan catetan mandinya jangan lama - lama karena akan digedor oleh pemiliknya dan banyak orang yang ngantri :D. esok paginya ketika bu mumun mau mengantarkan anak perempuannya kesekolah kebutulan anaknya sedang menjalani mos saya ikut mengantar dengan mengelilingi pasar di pagi hari dan situasi jalanan yang macet di kali bekasi pada pagi hari. pemandangan yang cukup bagus karena saya masih bisa melihat matahari pagi di tempat yang berbeda seperti kali bekasi. ketika saya berkeliling saya tak sengaja melihat salah satu waria yang tinggal di daerah tersebut. ketika pulang saya meminta ijin untuk pada bu mumun untuk bertemu waria tersebut. dan sekitar 45 menit saya ngobrol dengan waria tersebut. karena saya heran kok ada waria di tengah - tengah pemukiman seperti ini. waria tersebut berumur 43 tahun dan tinggal sendiri di kali bekasi ini. ia merantau karena ada permasalahan keluarga antara ia dengan kedua orang tuanya dengan statusnya sebagai seorang waria. ia bekerja sebagai pengamen dan jasa service untuk membiayai kehidupannya kebutulan ia tinggal di sebuah kontrakan serta ia sering juga dijadikan sebagai bahan narasumber bagi mahasiswa/i yang ingin meriset atau meneliti waria. penghasilan yang ia dapat cukup bisa dikatakan banyak dari 50 ribu sampai 150 ribu perhari. kemudian sekitar jam 8 pagi saya,novi dan vivi kumpul bersama dan tidak lama saya berinisiatif mengajak mereka buat jalan - jalan mengeliling kali bekasi sekalian mencari sarapan pagi. semakin siang semakin hiruk pikuk orang - orang kesana kemari toko - toko mulai buka. setelah cukup berkeliling kami kembali ke musholla tempat anak - anak tk bersekolah yang kemudian dilanjuti dengan menonton bersama. tanpa sengaja saya melihat sebuah tas yang unik yang dibawa salah seorang anak yang terbuat dari bungkusan kopi seperti kapal api yang sudah tidak dipakai saya sangat apresiasi banget dengan handmade buatan orang tersebut. rasanya ingin memiliki hasil karya mereka sayangnya karena anak itu tidak membawa dan kurang tahu belinya dimana akhirnya saya hanya mengambil gambarnya saja. saya sangat senang dengan orang - orang yang membuat handmade karena menurut saya handmade jauh lebih susah dibuat dari pada buatan pabrik dan mempunyai nilai yang tinggi :) selamat buat para pembuat / pengrajin handmade. sore harinya kami kembali bersantai - santai ria dengan bercengkrama dengan warga sekitar. terus kami melihat orang yang sedang latihan kuda lumping. dan ada satu kejadian yang membuat pintu hati saya terketuk ketika saya melihat anak down syndrome di perlakukan tidak wajar oleh beberapa orang. dalam kehidupan sosial di kali bekasi bisa dibilang cukup kental rasa tolong menolongnya namun sayangnya masih memakai kekerasan untuk mendidik maupun bermain. shock dan hanya bisa ngelus dada melihatnya karena saya sendiri sangat tidak setuju dengan  adanya kekerasan baik itu berupa kekerasan secara verbal maupun nonverbal. kehidupan perekonomian mereka bervariasi ada yang jadi pedagang, pengemis, pengamen dan pemulung. sebenarnya mereka yang tinggal dikali bekasi bukanlah orang yang middle low (miskin) justru saya kaget mereka mempunyai fasilitas seperti kipas angin, tv, hp, kulkas dan motor. katanya miskin kok bisa punya fasilitas seperti ini ya ? kami bertiga heran. saya masih ingat perkataan salah satu dosen yaitu mas yophie yang mengatakan kalau orang miskin itu mereka uang sebesar 1000 pun mereka tak punya. jadi sebenarnya tak ada yang namanya orang miskin di indonesia ini. terus saya bertanya kepada koordinator saya disini katanya miskin tapi kok mereka kehidupannya cukup berada ya ? bang adi menjelaskan mereka disni sebenarnya tidak miskin. miskin disini dikaitkan lebih pada miskin ilmu pengetahuan. orang - orang di kali bekasi masih rendah akan pentingnya pendidikan terus latar belakang orang tua mereka yang paling tinggi berpendidikan 4 SD. jadi cukup diwajarkan kalau pikiran mereka lebih baik mencari uang daripada harus capek - capek sekolah. berkat ketekunan, kesabaran dan semangat bang adi dkk akhirnya pelan - pelan pola pikir warga kali bekasi mulai bergeser. para orang tua mulai menyekolahkan anak - anak mereka.
akhirnya kami diberitahu oleh koordinator kami bahwa seusai sholat jumat besok kita akan mengadakan evaluasi dan perpisahan. agak sedih namun ada satu permintaan dari bang adi kepada kami yaitu mempersembahkan sebuah sesuatu baik itu berupa tarian atau sejenisnya kepada masyarakat disana. saya senang bisa berbagi ilmu tari kepada anak - anak disana walau ilmu tarinya belum cukup maksimal tapi saya senang bisa bermain - main bersama mereka. menghabiskan waktu dengan mereka dengan menyanyi bersama mereka di teras belang milik pak brewok tepat dibelakangnya di aliri sungai kali bekasi serta berfoto - foto bersama mereka. evaluasi yang saya berikan adalah masalah kesehatan yaitu WC umum yang tidak ada atap dan pintunya menurut saya itu sangat tidak layak dijadikan kamar mandi. kemudian dilanjutkan dengan sesi perpisahan. sebelumnya pas sore kemarin kami bertiga cukup pusing ingin menampilkan persembahan apa. akhirnya setelah diputuskan kami menyanyi sambil berpuisi. lagu yang kami nyanyikan adalah lagu milih peterpan dengan judul semua tentang kita karena makna di lirik lagu ini sangat menggambarkan apa yang kami rasakan selama live in.
selama live in ini saya cukup banyak mendapat masukkan, nasehat dan pengalaman dari ibu mumun. karena saya diceritakan tentang kisah hidup beliau yang jauh - jauh merantau ke jakarta untuk mendapatkan kehidupan yang layak daripada kehidupannya di yogya. kemudian ia yang pindah agama mengikuti agama suaminya yaitu dari kristen ke islam. terus ia menasehati saya untuk memilih pasangan hidup harus dilihat dari bibit, bebet dan bobot sesuai dengan pesan jawa ketika mencari pasangan. kemudian belajar untuk menghargai yang namanya "uang". satu kutipan percakapan yang masih saya ingat yaitu "kalau mau beli makanan atau apa gitu harus cari uang dulu terus kalo mendesak ya utang dulu ke warung, kita gk bisa langsung minta" dan membuat saya langsung tertusuk wow. saya dengan kehidupan saya yang layak tiap bulan dikirimin uang tidak pernah berpikir seperti itu. dan ini masukkan yang sangat berarti untuk saya untuk tidak menghambur - hamburkan uang apalagi yang membiayai saya hanya mama seorang. kemudian saya belajar dari anak - anak kali bekasi tentang seni dan rasa kebersamaan terhadap orang baru. belajar untuk rendah hati di tengah - tengah masyarakat.          
sepenggal inti sari cerita yang bisa saya ceritakan namun cukup bermakna untuk saya pribadi. dan menambah wawasan saya terhadap kehidupan dan permasalah masyarakat yang begitu kompleks di suatu tempat seperti kali bekasi ini. terima kasih sudah memberikan pelajaran dan arti hidup kepada kami. terima kasih buat bang adi sebagai koordinator kali bekasi, terima kasih untuk para keluarga angkat di kali bekasi dan terima kasih untuk semua warga kali bekasi :)

Cerita Tengtang Kita
hiruk pikuk ramainya kota ini,
merangkai cerita manis untuk kami    
sebuah waktu, sebuah cerita dan sebuah pengalaman
bait - bait kata begitu mempesona
kami hadir ditengah kalian dan canda tawa bersama
matahari seperti tersenyum,
melihat tingkah laku manis nan lucu kalian
senyumanku, senyumanmu dan senyuman kita semua
tak ada kata yang bisa kulukiskan,
manis disenja hari kita lewati bersama
tak terasa waktu jua lah yang memisahkan kita
kalau ada sumur diladang boleh kita menumpang mandi
kalau ada umur yang panjang boleh kita berjumpa lagi
*inspirasi lagu sherina - aku bahagia*