Selasa, 20 Maret 2012

Learning Theory (tugas psikologi umum 1, semester 1)

LEARNING
Pengertian Learning
Pengertian belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. (wikipedia)
Menurut Wade & Carol dalam bukunya yang berjudul Psikologi, belajar merupakan sebuah perubahan yang relatif menetap dalam perilaku (atau berpotensi menjadi perilaku) sebagai akibat dari pengalaman.
Menurut Thorndike, learning adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni: (1) hukum efek (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Menurut Skinner, belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
  2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Teori utama Thorndike :
a.                Fenomena belajar :
• Trial and error learning & Transfer of Learning
            Trial and error learning merupakan proses belajar dimana proses belajar seseorang berawal dari mencoba-coba dan melakukan kesalahan. Thorndike melakukan eksperimen untuk menjelaskan proses trial and error learning ini kepada sesekor kucing. kucing yang masih muda dengan kebiasaan-kebiasaan yang masih belum kaku, dibiarkan lapar; kemudian dimasukkan ke dalam kurungan yang disebut ”problem box”. Dimana konstruksi pintu kurungan tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu pintu kurungan akan terbuka dan kucing dapat keluar dan mencapai makanan (daging) yang ditempatkan diluar kurungan itu sebagai hadiah atau daya penarik bagi si kucing yang lapar itu. Pada usaha (trial) yang pertama, kucing itu melakukan bermacam-macam gerakan yang kurang relevan bagi pemecahan problemnya, seperti mencakar, menubruk dan sebagainya, sampai kemudian menyentuh tombol dan pintu terbuka. Namun waktu yang dibutuhkan dalam usaha yang pertama ini adalah lama. Percobaan yang sama seperti itu dilakukan secara berulang-ulang; pada usaha-usaha (trial) berikutnya dan ternyata waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu makin singkat. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan tersebut, tetapi dia belajar mempertahankan respon-respon yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon-respon yang salah. Dengan demikian diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha–usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.

b.                   Hukum-hukum belajar :
• Law of Readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu, misalnya kesiapan belajar membaca. (Isi teori ini sangat berorientasi pada fisiologis).
• Law of Exercise : jumlah exercise (yang dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat ikatan S-R. Contoh : mengulang, menghafal, dan lain sebagainya. Belakangan teori ini dilengkapi dengan adanya unsur effect belajar sehingga hanya pengulangan semata tidak lagi berpengaruh.
• Law of Effect : menguat atau melemahnya sebuah connection dapat dipengaruhi oleh konsekuensi dari connection tersebut. Konsekuensi positif akan menguatkan connection, sementara konsekuensi negatif akan melemahkannya. Belakangan teori ini disempurnakan dengan menambahkan bahwa konsekuensi negatif tidak selalu melemahkan connections. Pemikiran Thorndike tentang. Konsekuensi ini menjadi sumbangan penting bagi aliran behaviorisme karena ia memperkenalkan konsep reinforcement. Kelak konsep ini menjadi dasar teori para tokoh behaviorisme seperti Watson, Skinner, dan lain-lain.

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. Proses kognitif menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1). Verbal information (informasi verbal)
2). Intellectual Skill (skil Intelektual)
3). Attitude (perilaku)
4). Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan, seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi. Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “Knowing how” Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.


Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Classical conditioning adalah suatu bentuk pembelajaran asosiatif yang pertama kali ditunjukkan oleh Ivan Pavlov. Prosedur yang khas untuk membujuk pengkondisian klasik melibatkan presentasi stimulus yang netral stimulus bersama dengan beberapa makna. Stimulus yang netral bisa setiap peristiwa yang tidak menghasilkan respon perilaku yang nyata dari organisme yang diteliti. Pavlov ini disebut sebagai stimulus yang dikondisikan (CS). Sebaliknya, presentasi yang signifikan tentu membangkitkan rangsangan bawaan, sering refleksif, respons. Pavlov menyebutnya stimulus yang terkondisikan (AS) dan respon terkondisikan (UR), masing-masing. Jika CS dan Amerika Serikat berulang kali dipasangkan, akhirnya dua rangsangan menjadi berhubungan dan organisme mulai menghasilkan respons perilaku ke CS. Pavlov menyebut respons yang terkondisi (CR).
Wade & Carol dalam bukunya yang berjudul Psikologi edisi kesembilan mendefinisikan mengenai Kondisioning klasik yang merupakan proses di mana stimulus yang semula netral memperoleh kemampuan untuk menghasilkan sebuah respons melalui asosiasi dengan stimulus yang telah menghasilkan respons yang mirip atau berhubungan.

Eksperimen Anjing Pavlov
Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa eksperimen tentang refleks berkondisi yang dilakukan oleh Pavlov yaitu dengan menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Pavlov semula membuat dugaan-dugaan mengenai apa yang dipikirkan oleh anjing-anjing tersebut dan apa yang mereka rasakan, yang membuat mereka berliur, sebelum makanan disajikan. Apakah anjing tersebut berpikir seperti “Ya, ini saatnya makan” dalam pikiran mereka? Tetapi kemudian, dia mengambil keputusan bahwa mencoba menjelaskan kemampuan mental dari anjing-anjing ini tidak akan ada gunanya. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada upaya untuk menganalisis lingkungan dimana terjadi respon berupa refleks yang terkondisi ini.
Refleks mengeluarkan liur yang sebenarnya, menurut Pavlov, terdiri dari sebuah stimulus tidak terkondisi (unconditioned stimulus), berupa makanan, dan sebuah proses respon yang tidak terkondisi (unconditioned respon), yaitu produksi liur. Yang dimaksud dengan stimulus tidak terkondisi, menurut Pavlov, adalah sebuah kejadian atau satu hal yang menghasilkan sebuah respon secara otomatis atau menghasilkan refleks yang alami. Sedangkan respon tidak terkondisi adalah respon yang dihasilkan secara otomatis tadi.
Menurut Pavlov, proses pembelajaran terjadi ketika sebuah stimulus netral (stimulus yang tidak atau belum menghasilkan sebuah respon tertentu, seperti berliur) dipasangkan secara teratur dalam sebuah stimulus tidak terkondisi selama beberapa kali.
Stimulus netral ini kemudian akan berubah menjadi stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus), yang menghasilkan sebuah proses pembelajaran atau respon terkondisi (conditioned respon) yang biasanya serupa dengan respons alamiah yang tidak perlu dipelajari. Dalam labolatoriumnya, terlihat piring makan anjing, yang sebelumnya tidak menghasilkan liur pada anjing, menjadi sebuah stimulus terkondisi yang menghasilkan respon produksi.
Prosedur ini, dimana sebuah stimulus netral menjadi sebuah stimulus yang terkondisi disebut sebagai konditioning klasik, atau disebut juga sebagai konditioning Pavlov atau konditioning responden. Pavlov dan mahasiswanya kemudian melanjutkan penelitiannya dan menunjukkan bahwa hal dapat menjadi stimulus terkondisi yang menghasilkan liur bila stimulus netral ini dipasangkan dengan makanan : bunyi detak metronum, nada musikal dari garpu tala, sentuhan di kaki, sebuah segitiga yang dibuat dari kartu yang besar, bahkan sebuah jarum ataupun kejutan listrik. Dan semenjak era Pavlov, banyak dari respons otomatis atau yang sifatnya bekerja diluar kehendak kita, selain sekresi air liur, dipelajari dengan metode konditioning klasik – misalnya detak jantung, tekanan darah, gerak reflek, berkedip, dan kontraksi otot. Jarak waktu yang optimal anatara penyajian stimulus netral dan penyajian dari stimulus yang tidak terkondisi tergantung dari jenis respons yang akan dihasilkan ; dalam labolatorium, jeda atau jarak waktunya sering kali kurang dari hitungan detik.
Percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali daan dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak terkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur air liur itu sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks terkondisi, karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya adalah rangsangan berkondisi. Kalau latihan ini diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar suara bel akan tetap terjadu walaupun tidak aada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sev=benarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning diamana refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak terkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang terkondisi.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
Prinsip Classical Conditioning
ž Extinction : Melemahnya, dan pada akhirnya menghilangnya, respons yang telah dipelajari ; dalam kondisioning klasi ini terjadi ketika stimulus terkondisi tidak lagi dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi. Respon yang terkondisi tidak selalu bertahan selamanya. Bila, setelah kondisioning terbebtuk, stimulus terkondisi terus menerus disajikan tanpa stimulus tidak terkondisi respons yang terkondisi akan menghilang, dan terjadilah extinction. Seandainya anjing dilatih untuk menghasilkan liur setiap kali mendengar bunyi bel, tetapi kemudian bel tersebut dibunyikan setiap lima menit dan tidak menyertakannya dengan makanan, anjing akan menghasilkan liur lebih sedikit dan kemudian akan berhenti menghasilkan liur sama sekali ketika bel tersebut berbunyi ; atau dikatakan proses menghasilkan liur telah lenyap atau hilang.
ž Spontaneous recovery : tampil kembalinya respons-respons yang telah dipelajari setelah tampak hilang atau mengalami extinction. Contoh : bila bel dibunyikan kembali di hari berikutnya, anjing mungkin akan mengahsilkan liur selama beberapa kali dan hal ini menjelaskan mengapa menghilangkan respons-respons terkondisi sepenuhnya biasanya membutuhkan lebih dari satu sesi extinction.
ž Kondisioning tingkat  tinggi : merupakan sebuah prosedur dimana stimulus netral menjadi stimulus terkondisi yang telah lebih dahulu terbentuk. Contoh : misalnya anjing telah belajar untuk menghasilkan liur setiap kali melihat piring makanannya. Sekarang saya akan menyalakan sebuah lampu sebelum piring makanan tersebut disajikan. Dengan pemasangan berulang kali antara lampu dan piring makanan, anjing dapat mempelajari respons untuk mengeluarkan liur ketika melihat lampu. Jika pada manusia contohny adalah ketika kata-kata dipasangkan dngan objek-objek atau kata lainnya yang telah menghasilkan respon-respon emosional  pada diri kita. Contohnya  seorang anak dapat mempelajari respons positif terhadap ulang tahun karena adanya asosiasi dengan hadih ulang tahun maupun perhatian yang diberikan.
ž Generalisasi Stimulus : terjadi ketika stimulus yang menyerupai stimulus terkondisi menghasilkan respons terkondisi. Contoh: ketika anjing dikondisikan untuk berliur ketika mendengarkan nada C pada sebuah piano, anjing bisa saja berliur pada nada D, yang satu nada lebih tinggi dibandingkan C, bahkan ketika Anda tidak memasangkan nada D dengan makanan.
ž Diskriminasi stimulus : terjadi ketika stimulus yang serupa dengan stimulus terkondisi gagal memicu respon terkondisi. contoh : Anjing telah dikondisikan mengeluarkan liur pada nada C pada sebuah piano dengan cara berulang kali memasangkannya dengan makanan. Kemudian Anda memainkan sebuah nada C pada gitar, tanpa diikuti oleh makanan (tetapi Anda terus menyajikan nada C pada piano dengan makanan). Maka hasilnya anjing akan belajar untuk menghasilkan liur pada nada C piano dan tidak berliur pada nada yang sama yang dimainkan pada sebuah gitar. Artinya anjing dapat ,membedakan kedua bunyi tersebut.
Classical Conditioning dalam Kehidupan Nyata
ž Classical conditioning dapat membantu kita menjelaskan respons-respons emosional yang positif terhadap benda-benda atau kejadian tertentu, rasa takut dan fobia, pengembangan rasa suka. John watson menunjukkan bagaimana rasa takut dapat dipelajari dan kemudian dapat dihilangkan dengan menggunakan proses yang disebut sebagai kontrakondisioning.

Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlov yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.
Operant conditioning merupakan proses di mana sebuah respons semakin mungkin terjadi atau semakin jarang terjadi, tergantung pada konsekuensinya. (Wade & Carol dalam buku Psikologi).
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Konsekuensi Perilaku
ž Sebuah konsekuensi netral tidak akan meningkatkan ataupun menurunkan kemungkinan terjadinya perilaku di masa yang akan datang. bila pegangan pintu mengeluarkan bunyi setiap kali kita membuka atau menutup pintu, tetapi kita mengabaikan bunyi tersebut dan hal tersebut tidak berpengaruh pada kemungkinan kita untuk membuka pintu di masa datang, bunyi yang dihasilkan dianggap sebagai konsekuensi yang netral.
ž Reinforcement memperkuat atau meningkatkan kemungkinan terjadinya respons di masa yang akan datang. reinforcement dapat dikatakan sama dengan reward atau penghargaan. Misalnya ketika anjing menharapkan makanan yang ada i meja, dan kemudian kita berikan potongan daging kepadanya, kemungkinan perilaku mengharapkan makanan ini akan semakin kuat.

ž Hukuman (punishment) memperlemah respons tertentu atau mengurangi kemungkinan respons tesebut muncul di masa datang. Setiap stimulus atau kejadian yang tidak menyenangkan dapat saja menjadi sebuah hukuman. Bila anjing anda menginginkan potongan yang ada di piring Anda, dan Anda menyentil hidungnya dan berteriak “Jangan” maka kemungkinan munculnya perilaku mengharapkan makanan akan berkurang selama Anda tidak merasa bersalah dan kemudian memutuskan memberikan potongan daging tersebut padanya.
Reinforcement dan Hukuman Primer dan Sekunder
ž Reinforcement primer : stimulus yang secara alami memperkuat suatu perilaku, biasanya karena dapat memenuhi kebutuhan fisiologis; contohnya makanan, minuman, cahaya, dan temperatur udara yang nyaman merupakan hal yang secara alamiah memperkuat suatu respons karena mereka menghasilkan pemenuhan kebutuhan biologis kita.
ž Hukuman primer : stimulus yang secara alami memperlemah suatu perilaku; seperti sengatan listrik, rasa sakit, dan panas atau dingin.
ž Reinforcement sekunder : stimulus yang memiliki kemampuan untuk memperkuat perilaku melalui asosiasi dengan reinforcement lainnya. Contoh : uang, pujian, tepuk tangan, nilai yang baik, peghargaan.
ž Hukuman sekunder : stimulus yang memiliki kemampuan untuk memperlemah perilaku karena dibentuk melalui asosiasi dengan hukuman lainnya. Contoh : kritik, cacian, denda, teriakan marah, dan nilai yang buruk.
Reinforcement Positif dan Negatif
ž Reinforcement positif : prosedur memperkuat perilaku dimana respons diikuti oleh penyajian atau peningkatan intensitas stimulus yang memperkuat perilaku; sebagai hasilnya, respons ini semakin kuat dan semakin mungkin terjadi. Contoh : Bila Andi mendapat nilai yang baik setelah belajar yang keras, usaha Andi untuk belajar kemungkinan akan terus di pertahankan atau ditinggalkan.

ž Reinforcement negatif : prosedur memperkuat perilaku di mana respons diikuti oleh penghilangan intensitas sebuah stimulus yang tidak menyenangkan; dan sebagai hasilnya, respons ini menjadi semakin kuat dan semakin mungkin terjadi. Contoh : Bila seseorang mengingatkan Anda terus menerus untuk belajar, dan kemudian ia berhenti menjadi begitu cerewet ketika Anda mengikuti sarannya, kemungkinan Anda untuk terus belajar meningkat karena Anda berusaha menghindari kecerewetan orang tersebut.
Prinsip Operant Conditioning
ž Extenction : melemah kemudian menghilangnya respons yang telah dipelajari; terjadi ketika respons tidak lagi diikuti reinforcement. Contoh : seandainya Anda meletakkan sekeping logam pada sebuah mesin putar dan tidak mendapatkan apapun, Anda kemudian dapat mencoba untuk memasukkan kepingan lainnya, atau bahkan hingga dua keping, tetapi kemudian kemungkinan Anda akan berhenti mencobanya.
ž Generalisasi stimulus : kcenderungan respons, yang telah diberikan reinforcement (atau di beri hukuman), terhadap suatu stimulus, untuk juga muncul (atau ditekan) karena hadirnya stimulus lain yang serupa. Contohnya ; seekor burung dara yang telah dilatih untuk mematuk pada sebuah lingkaran dapat juga mematuk pada benda-benda yang membentuk oval.
ž Diskriminasi stimulus : kecenderungan suatu respons untuk muncul dengan adanya satu stimulus tetapi tidak dengan adanya stimulus lain yang serupa dengan stimulus tersebut pada dimensi tertentu.
ž Continous diskriminatif : stimulus yang memberi tanda apakah respons tertentu selalu diberi reinforcement.
ž Partial reinforcement : jadwal di mana respons tertentu terkadang tapi tidak selalu diberi reinforcement.

Operant Conditioning dalam Kehidupan Nyata
ž Modifikasi perilaku, penerapan prinsip-prinsip kondisioning operant telah digunakan dengan sukses pada beragai situasi, tetapi reinforcement dan hukuman keduanya memiliki kekurangan.
ž Hukuman, ketika digunakan dengan tepat, dapat menekan munculnya perilaku yang tidak diharapkan, termasuk perilaku kriminal. Tetapi sering kali hukuman disalahgunakan, dan dapat saja dengan tidak sengaja memberikan dampak yang tidak diharapkan. Sering kali hukuman diberikan dengan tidak tepat karena dipengeruhi oleh emosi sesaat; hukuman juga dapat menghasilkan kemarahan serta ketakutan; efeknya sering kali hanya bersifat sementara; sangat sulit untuk memberikan hukuman secara langsung ketika sebuah respon muncul; hukuman mengandung sedikit informasi mengenai perilaku yang diharapkan; dan mungkin saja hukuman memberikan perhatian yang menyenangkan.
ž Reinforcement juga dapat disalahgunakan. Penghargaan yang diberikan dengan tidak membedakan, seperti pada usaha untuk meningkatkan harga diri anak, tidak akan memperkuat perilaku yang diharapkan. Seperti yang kita lihat pada penelitian jarak dekat, ketergantungan penuh pada reinforcement ekstinsik terkadang dapat melemahkan kekuatan reinforcement intrinsik. Tetapi uang dan pujian biasanya tidak menggangu kepuasan intrinsik ketika seseorang diberi penghargaan karena berhasil atau mencapai kemajuan dan bukan sekadar karena telah berpartisipasi dalam sebuah aktivitas, atau ketika orang telah sangat tertarik dengan aktivitas tersebut.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar